Hadits Tentang Kebersihan Sebagian Dari Iman (Latin +Arab)

Hadits Tentang Kebersihan Sebagian Dari Iman

Portal Islam.ID – Halo sahabat muslim dimanapun anda berada, kali ini kita akan membahas / sharing tentang salah satu hadits yang sudah sangat familiar dikalangan masyarakat. Hadits ini tidak lain adalah hadits tentang kebersihan sebagian dari iman. Apakah hadits ini bnar-benar hadits rasulullah atau bukan? silahkan simak sharing kita kali ini sampai selesai ya.

Hadits Tentang Kebersihan Sebagian Dari Iman

Hadits Tentang Kebersihan yg sudah familiar dan sangat terkenal di masyarakat kita adalah hadits yang berbunyi:

اَلنَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ

Latin: “annazofatu syathrun minal iman”

Artinya:  “Kebersihan sebagian dari iman.” [Hadits palsu]

Hadits ini adalah hadits palsu yang tidak boleh kita menyandarkannya kepada Nabi Muhammad sallalahu alaihi wassalam, walaupun maknanya benar, ada hadits lain yang semakna dengan hadits tersebut yaitu:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

Artinya: “Bersuci itu sebagian dari keimanan.” [HR. Muslim]

al-Nazhaafatu minal imaantulisan atau ucapan tersebut sangat terkenal dikalangan masyarakat lebih–lebih bagi para santri yang banyak mereka buat dalam bentuk stiker, hiasan dinding, slogan, dan lainnya. Sebagian orang mengklaim bahwa tulisan tersebut adalah sebuah hadis Nabi.

Walaupun pada kenyataannya redaksi ini bukanlah sebuah hadist akan tetapi hanya sebuah kata-kata mutiara orang Arab, atau pepatah Arab. Sebagaimana pendapat Syaikh Dr. Abdullah al-Faqih Hafizhahullah mengomentari ucapan tersebut: “Laisa Haditsan Nabawiyyan,” yang berarti bukan Hadits Nabi.” (Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah, No. 32475)

Walau pun ucapan ini bukanlah sebuah hadits, namun demikian, kalimat ”Kebersihan sebagian dari Iman” merupakan ungkapan yang baik dan Islami, karena didukung sebuah hadits yang menurut Imam al-Suyuthi berstatus hasan, yakni sabda Nabi SAW :

Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi) (Lihat Imam al-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, I/70;).

Hadits di atas menunjukkan bahwa kebersihan (al-nazhafah) merupakan sesuatu yang dicintai Allah SWT. Maka dari itu ungkapan ”Kebersihan adalah sebagian dari iman” penulis katakan sebagai ungkapan yang baik atau Islami karena memiliki dasar dalam Islam yaitu hadits riwayat al-Tirmidzi di atas.

Ungkapan itu dapat diberi arti, bahwa menjaga kebersihan segala sesuatu merupakan bukti atau buah keimanan seorang muslim, karena dia telah beriman bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Bersih (al-Nazhiif).

Dalam penciptaan, Allah menurunkan dua kemukjizatan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, yaitu al-Qur’an dan alam, al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan alam sebagai pijakan hidup. Manusia sebagai Khalifatul fi al-Ardh mempunyai tugas bukan hanya membumikan ajaran-ajaran Islam akan tetapi juga mempunyai tugas untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup di bumi. Karena dengan lingkungan yang hidup bumi ini akan memberikan kemanfaatan terhadap kehidupan manusia

Bersih dan iman merupakan dua suku kata yang mempunyai arti yang berbeda akan tetapi mempunyai makna tersirat yang sama. Sebagai contoh, banyak terjadi longsor, banjir, kebakaran hutan, dll yang terjadi di Indonesia, ini semua bukan terjadi dengan sendirinya akan tetapi ada campur tangan manusia dalam hal lain. Di sini berlaku hukum kausalitas atau hukum sebab akibat terjadinya bencana alam sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Rum ayat 41 yang berbunyi:

ضَهَرَ الْفَسَادُ فِيْ اْلبَرِّ وَاْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أيْدِيْ النَّاسِ (سورة الروم: ٤١)

Artinya:Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut yang disebabkan oleh (perbuatan) tangan – tangan manusia,” (QS al-Rum; 41)

Tentunya bagi mereka yang mempunyai iman, tidak akan berbuat kerusakan di bumi, sedangkan mereka yang tidak memiliki iman dan takwa akan dengan seenaknya mengeksploitasi bumi ini hanya karena keserakahannya.

Mengapa dikatakan serakah? Karena mereka tidak memikirkan kehidupan generasi sesudah mereka, malah menghabiskan sumber daya alam ini untuk diri sendiri dan kepentingan kelompok tertentu. Mereka juga tidak memikirkan apakah alam ini akan rusak apabila tidak dilestarikan.

Mereka hanya memikirkan yang penting kehidupan mereka sekarang terpenuhi. Mereka tidak akan pernah berfikir apakah merusak alam itu adalah termasuk perbuatan dosa? Kalaupun mereka menyadari itu, mereka akan berfikir itu adalah urusan nanti di akhirat.

Pada dasarnya segala sesuatu itu perlu dilandasi dengan keimanan dan ketakwan. Apabila dua hal tersebut sudah kuat, kita akan sulit terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik seperti merusak alam. Kita juga tidak akan egois dengan mengeksploitasi alam sebanyak-banyaknya untuk kehidupan sekarang tanpa memikirkan kehidupan generasi selanjutnya. Yang paling penting adalah kita dapat menjauhi hal-hal yang mengakibatkan dosa yang juga akan mengakibatkan kita disiksa di neraka.

Terlepas dari pernyataan di atas, kita selaku muslim sewajarnya lah untuk selalu menjaga lingkungan disekitar kita dengan cara menjaga kebersihan baik kebersihan jasmani maupun kebersihan rohani. Lebih-lebih kepada para santri, yang merupakan calon pemimpin bangsa ini, dengan menguatkan iman dan takwa diharapkan para santri mampu untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan cara melakukan hal yang paling kecil yaitu membuang sampah pada tempatnya dan selalu peduli terhadap kebersihan.

Pesantren Tebuireng mempunyai cita-cita luhur untuk menjadi pesantren terbersih se-Indonesia. Hal ini adalah bagian dari penerapan agama, menjaga lingkungan, dan menguatkan identitas bahwa pesantren adalah lembaga keagamaan yang turut serta melesatarikan dan menjaga kebersihan lingkungan, sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Semoga diberi kemudahan dan kemanfaatan kepada kita semua.

Baiklah demikian sharing kita kali ini tentang Hadits Tentang Kebersihan Sebagian Dari Iman, semoga bermanfaat untuk sahabat muslim dimanapun anda berada. Aamiin

Oleh: M. Imam Bukhori*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *